Sabtu, 29 September 2012

Only By His Grace


Chasing The Sun
Bulan lalu adalah bulan yang penuh kasih karunia. Hahahah~ Bener-bener hectic! Never been in this pressure before bahkan skripsi berasa santai. Hahahah~ Sorry kalo baru bisa posting sekarang, karena bulan ini pun sebenarnya bulan kasih karunia juga wakakak~

BTT, Bulan lalu ada dua project yang harus aku selesaikan dalam waktu yang hampir bersamaan. Yang pertama adalah ArtFest, sebuah event yang diadakan oleh gereja lokalku untuk memfasilitasi kreatifitas berkembang. Setelah melewati tahap penyisihan, puji Tuhan tim dari satelitku berhasil masuk ke final untuk kategori drama. Which is, more preparation include props and costume yang tidak diperlukan dalam audisi. Yang kedua adalah drama musikal untuk kebaktian Youth di gerejaku. So, as you expect, aku harus mempersiapkan waktu ku untuk dua drama yang akan tampil berturut-turut, Drama Musikal untuk hari sabtu minggu dan final lomba di hari seninnya. Freakin' Hectic.

Kita bahas satu-satu, untuk Drama Musikal, aku sempat tampil sebagai cameo *istilah keren buat peran ga penting* the problem is, jadwal latihannya yang aje gile, satu minggu bisa 2-3 kali karena waktu persiapan yang mepet plus perlu kolaborasi dari berbagai macam pihak, baik dari tim PAW, Drama dan Dancer. Walau peranku cuman numpang lewat, aku tetap harus hadir dalam setiap latihan sekalian volunteer bantu ngurus kostum yang notabene cuman 1 orang. Sekali latihan bisa sampe jam 10 malam dan hitung-hitung sampe rumah sekitar jam 11. Mantap! Di hari H, kita harus datang 4-5 jam lebih awal untuk make up, kostum dan cek sound, another morning call and sleepless night.

Lalu untuk lomba, lebih hectic. Bayangkan, seminggu sebelum hari H, kostum, properti belum jadi. Panic at the disco tenan! Jadi, dua hari sebelum hari senin, seluruh tim bergadang buat prop and costume. Bayangkan, aku hanya tidur max 3 jam selama dua hari berturut-turut karena harus menjahit kostum sampai subuh lalu 3 jam kemudian sudah harus make up untuk drama musikal. Amazing.... Seumur hidup, ini pertama kalinya aku bisa tetap ON walau hanya menutup mata 3 jam.

Selama itu aku benar-benar merasakan kasih karunia Tuhan yang bekerja dalam hidupku bukan aku. Selama ini aku adalah orang yang gampang teler, kurang tidur dikit udah pusing tapi rekor di atas adalah sebuah prestasi dan luar biasanya lagi, aku tetap bisa fokus dengan baik :) God is really amazing! Capek? Jelas! Tapi aku benar-benar bersyukur bisa terlibat dalam pelayanan drama :) aku banyak belajar dari pelayanan kali ini dan Tuhan banyak berbicara selama proses persiapan.

Yang pertama adalah bagaimana memanage tim, di lomba drama, aku mendapat bagian sebagai sutradara, yang berarti harus berkomunikasi dengan baik dengan semua anggota tim dan memastikan mereka dalam mood yang baik untuk tampil. Bukan hanya itu, karena tim yang sangat kecil, aku juga harus mengatur Lighting, Multimedia, Properti dan Sound, luar biasa, aku berharap bisa ilmu ninja yang membagi tubuh wakakaka~ Tetap tenang walau keadaan hectic benar-benar hanya karena Tuhan. Aku banyak digesek, phew, tapi juga banyak belajar :) sempat hilang kendali waktu audisi tapi puji Tuhan waktu final Tuhan benar-benar jaga fisik dan emosiku. Puji Tuhan tim final kali ini berjalan lancar dan aku bersyukur memiliki tim seperti mereka :D walaupun kalah telak =.= tahun depan harus lebih solid lagi! YOSH! Dapat banyak masukan juga dari juri yang salah satunya adalah Ko Philip! O_O ga nyangka loh! Beliau kan sibuk banget! Kesempatan yang langka! Hahahah~ Ga rugi deh masuk final walo kalah hahahhah~

Teaser Brochure
Untuk Drama Musikalnya...amazing! (aku udah bilang amazing berapa kali yah?) Wuih! This is the first time Youth mengadakan drama musikal :) Walau sempat mengalami masalah di LED dan Sound pada hari H overall berjalan sangat baik! Respon yang masuk juga bagus :) heheheh~ Aku belajar memberi yang terbaik sekecil apapun peranku dan...satu lagi, Tuhan mengizinkanku untuk menjadi dampak bagi banyak orang melalui drama ini :) heheheh~ Waktu itu aku cuman bisa menangis terharu ketika semua orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu, aku terdiam di pojokan sejenak untuk melihat karyaNya dalam hidupku. Aku selalu berdoa untuk bisa memberi dampak bagi banyak orang lewat hal-hal yang aku lakukan dan tiba-tiba saja Tuhan memberikannya. That day, I stood amazed by His work. Sungguh bukan karena kuat gagahku aku bisa berjalan sejauh ini, dan semakin hari aku semakin sadar betapa tanganNya yang menuntunku, aku pun semakin rindu berbuah bagi Dia :) He is the most amazing God I ever seen!!! Tapi hari itu juga Tuhan berkata bahwa Dia belum selesai dan Dia akan membawa kita dari kemuliaan kepada kemuliaan yang lain. Ooh~ Can't wait what God will do next! :)

Benar-benar bulan yang luar biasa hahahah~ But yet, Dia tetap setia dan kasih karuniaNya selalu cukup :) Toh akhirnya bisa melewati bulan Agustus dengan hidup-hidup wakakakak~ Can't wait His next step and I pray I can catch His move XD hehehehe~ Kalau melihat beberapa cuplikan dari Drama musikalnya bisa liat foto-foto dibawah ini.



Tokoh Utamanya adalah Orin, seorang Suku Tanah yang tidak menyerah menggapai impian. Kalau mau lihat lebih banyak foto lagi bisa ke sini. Dia diperankan oleh Tim PAW, bukan drama karena dari tim Drama tidak ada yang lolos audisi vokal :p wakakakka~

So what next? Saat ini kita lagi nangani dua project drama :) yang pertama adalah Happy Ending, untuk event pengajaran tentang Pasangan Hidup dan persiapan untuk Natal bulan Desember lagi. Wait for the report (if the photo are avaliable :p ) :D Keep praying for revival and God touch many people with the creativity! God is in the move, are you?

Happy Ending Brochure
PS: My last post for this month! I fulfilled the target to post more in this month :D *yay!* I hope I can post more next month :) See you! Gbu! 

Read More

Senin, 17 September 2012

[Short Story] Before the Dawn


Click to go to the source
Aku mengayunkan pedangku sekali lagi dengan berat. Terdengar jeritan tertahan dari prajurit yang kehilangan nyawanya ditanganku.
Seratus….
Kuayunkan pedangku lagi dan nyawa kembali melayang.
Seratus satu…Aku menghitung….
Seratus dua….
Semakin banyak aku menghitung, semakin berat aku merasakan pedang ditanganku membebani. Aku melihat sekelilingku…. Hampir saja aku mengumpat, mereka banyak sekali! Prajurit demi prajurit datang seakan tak pernah habis tapi staminaku justru makin menipis. Napasku memburu dan pandanganku mengabur. Aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan…. Mungkin ini adalah saat terakhirku….
Ah…seandainya aku ikut mundur seperti yang lain…pasti nasibku akan berbeda…. Aku tidak pernah menyesal berdiri disini walaupun sendiri. Tekadku bulat, aku tidak akan membiarkan siapapun merebut tanah nenek moyangku bahkan jika itu berarti aku harus bertarung sampai mati. Aku menggenggam pedang di tanganku lebih erat, aku tahu apa yang harus kulakukan.
Aku mengayunkan pedangku sekali lagi, menembus tubuh lawan.
Seratus tiga….
Tiba-tiba, sebuah serangan datang dari arah belakang, aku berbalik tapi tak sempat berbalik untuk menangkisnya! Kurasa ini saatnya….
Terdengar besi saling beradu. Sebuah pedang menahan laju serangan itu mengenaiku. Mataku terbelalak ketika kulihat siapa pemiliknya. Perasaan lega langsung mengalir dan sebuah senyum terlukis diwajahku.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanyanya mengarahkan punggungnya ke punggungku, kami saling membelakangi mencegah musuh menyerang titik lemah kami. “Maaf, aku terlambat.”
“Tidak masalah.” Balasku. Semangatku kembali terpompa. Ohhh! Bersama orang ini aku sanggup mengatasi ratusan musuh lagi!
“Bagus!” Serunya. “Kita pertahankan tempat ini!”
Aku tersenyum lebar dan kembali mengayunkan pedangku dengan kekuatan baru. Aku hanya berpikir…bagaimana jadinya aku bila aku tidak bertemu dengan dia…. Ingatan demi ingatan melesat dalam benakku.
Seratus tiga puluh delapan….
Aku masih ingat ketika aku pertama kali bertemu dengannya di sebuah gua. Tatapan matanya yang tulus dan berani saat itu membuatku tertarik untuk mengikutinya. Tidak ada kebohongan dalam dirinya, membuatku yang sering dikecewakan orang merasa aman berada di dekatnya. Aku tak peduli bila ia buronan, dia adalah orang yang dapat diandalkan oleh siapapun.
Dua ratus lima puluh enam….
Waktu kami menghadapi seorang tuan tanah yang kejam, itu pertama kalinya aku melihatnya begitu marah. Dia marah karena kami dihina dan tak dibayar padahal kamilah yang menjaga seluruh kawanan ternak si tuan tanah. Kurasa dia marah bukan karena dirinya tak mendapat upah, tapi karena dia memikirkan wanita dan anak-anak kami yang tak jadi mendapat makanan. Waktu dia ingin membunuh tuan tanah itu, akulah yang maju paling depan untuk melakukannya. Hahaha~ Betapa mudahnya aku naik darah, untunglah istri orang itu menahan kami dan memberikan kami makanan. Dia tidak mempermasalahkan  lagi dan kembali pulang, sungguh seorang yang bijaksana.
Empat ratus tujuh puluh tiga….
Hmm, aku ingat, ketika dia menolak untuk membunuh bahkan ketika orang yang membuatnya menjadi buronan ada di depan matanya. Waktu itu aku tidak mengerti mengapa ia melakukannya tapi kemudian aku sadar bahwa itu adalah caranya menunjukkan penghormatan dan penundukan dirinya. Hal yang tak kumiliki saat itu….
Lima ratus enam puluh empat….
Aku tak ingin mengingat kebodohanku, tapi itulah yang kulakukan saat aku melihat kota tempat anak istriku rata dengan tanah. Putus asa, kecewa dan marah membuatku hampir melemparkan batu kepada dia yang telah begitu baik kepadaku. Betapa malunya diriku mengingat hal itu tapi justru saat itulah aku melihat betapa dia adalah orang yang sungguh-sungguh layak untuk diikuti. Dia tidak marah kepada kami tapi justru berseru kepada Allahnya dan kami mendapatkan kembali keluarga kami. Seandainya saat itu dia kehilangan ketenangannya…kami akan kehilangan segalanya.
Enam ratus tiga puluh delapan….
Sungguh aku berhutang segalanya pada dia…. Sejak peristiwa itu mataku semakin terbuka lebar dan akupun belajar untuk semakin mengasihinya. Jika dia benar-benar tulus mengasihiku yang sampah masyarakat, tidak ada alasan aku tidak mengasihinya dengan segala kualitas dalam dirinya. Ketika ia berkata ingin minum dari air sumur kota kelahirannya, tanpa pikir panjang aku langsung mencarinya walau harus menghadapi bahaya. Bersama kedua temanku, kami menembus barisan musuh dan tebak apa reaksinya ketika dia menerima air itu dari kami, dia justru mencurahkannya sebagai korban curahan bagi Tuhan! Saat itu aku tak dapat menahan air mataku. Itu hanya air biasa tapi dia menghargainya setara dengan darah! Dia memang layak menjadi raja!
Tujuh ratus dua puluh satu….
Seandainya aku tak pernah bertemu dia…. Seandainya dia tidak sabar menghadapiku…. Seandainya dia menyerah dan meninggalkanku…. Aku tidak akan pernah berdiri di tempat ini menjadi salah satu perwiranya. Selamanya aku adalah sampah masyarakat, terlilit hutang, penuh kebencian dan pecundang. Jika sekarang aku berdiri dengannya, akulah yang merasa terhormat dapat bertempur disisinya dan seumur hidupkupun aku akan mengikutinya….
Delapan ratus….
Musuh terakhir tumbang. Matahari sudah bergantung rendah di langit jingga. Aku tak lagi bisa merasakan tanganku. Kulihat dia sama lelahnya denganku, namun masih tetap memberikan sebuah senyum. Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku melepaskan pedang yang melekat ditanganku.
“Kamu melakukan tugas dengan sangat baik, Eleazar anak Dodo….”
“Sebuah kehormatan bagiku untuk bertempur bersama engkau, ya Rajaku….” Jawabku lemah sebelum semuanya menjadi gelap….

*

Ini kubuat untuk lomba cerpen di gereja, tapi sayang, tadi pengumuman dan aku kalah... orz.... Daripada terbuang percuma hahahah~ aku posting di sini :) hope you enjoy it!

Gbu~
Read More

Jumat, 14 September 2012

To Be a Fool

Suatu ketika aku pernah berbicara dengan seseorang, kami banyak bertukar kata *halah!* FYI, dia Kristen dan dia adalah salah seorang yang cukup kudengarkan. Kami berbicara dan akhirnya menyentuh topik yang cukup sensitif, tentang giving yourself to God. Dia menyarankan aku untuk tidak terlalu terlibat pelayanan dan mulai membangun hidupku. Sebuah saran yang membuatku banyak berpikir dan terus berpikir sampai beberapa hari sesudahnya.

Satu hal yang paling membuatku sangat enjoy adalah pelayanan :) heheheh~ I feel like I can pour my everything to Him, my life, my skill, my time. Passionku ada di sana dan Tuhan terus menerus memproses karakterku lewat orang-orang yang terlibat di dalamnya. Banyak hal yang aku dapatkan selama aku diizinkan untuk bekerja di ladangnya sambil terus berdoa semakin banyak orang dimenangkan lewat segala hal yang bisa kulakukan. Aku tak terlalu bagus dalam penginjilan one on one D: I will sharing it next time heheheh~

Read More

Sabtu, 08 September 2012

[Short Story] The Mighty Warrior

Click to go to original site
Aku membuka helm besiku dengan segera, melemparkannya ke tanah hingga berdentang keras. Jantungku berdetak kencang dengan rasa takut dan cemas. Aku berdiri kaku, terbelalak memandangi kejadian di depanku. Teriakan-teriakan panik terdengar begitu jauh seperti aku tidak berada ditempat ini. Aku memang berharap aku tidak berdiri disini dan memandangi akibat dari perbuatanku....

"Cepat angkat dia kembali ke kastil!!!" Seru Ian, wakil komandan membuatku tersadar.

Mataku kembali melihat apa yang ada dihadapanku, kenyataan. Sang komandan terluka parah, aku dapat melihat goresan panjang membelah baju zirah dan merobek kulit dibawahnya, mengalirkan darah segar yang membasahi tanah, akibat ulahku.

"Jangan meleng, Prajurit!" Seru Ian sambil memandangiku sebelum dia berlari melewatiku.

Aku menoleh dan melihat yang selama ini terlupakan. Sesosok raksasa menyerigai kejam melihat kami, dia tampak puas melihat komandan kami tumbang. Pedang ditangannya berkilat tajam dengan noda darah di sepanjang bilahnya. Ian berlari dan melompat dengan sekuat tenaganya untuk menghujam tombaknya ke arah Raksasa. Beberapa prajurit lain memberi assist dengan menyerang bersama-sama dengan dia. Dari jauh aku dapat melihat Sarah membidik panahnya dan melepaskannya dengan cepat. Anak panah itu melesat memberi celah bagi Ian untuk menusuk Sang Raksasa.

Terdengar bunyi bedebum kasar. Raksasa itu jatuh tapi pertempuran masih jauh dari selesai. Ian mencabut tombaknya dari dada raksasa dan melihat bahwa komandan sudah dibawa menjauh dari arena peperangan.

"Cepat maju dan runtuhkan benteng mereka!!!" Serunya sambil mengangkat tombaknya tinggi-tinggi.

Para prajurit langsung berlari ke depan dengan teriakan perang, melewatiku yang masih terguncang....

"Apa yang kau lakukan, Prajurit?"

TIba-tiba saja Ian sudah berada di depanku, matanya yang tajam memandangku lurus, membuatku semakin menciut. Aku tak menjawabnya, tercekat. Aku dapat melihat alisnya makin berkerut, tanda tak sabar. Dia semakin tidak senang dan aku semakin gemetar. Ketegasannya mengintimidasiku.

"Mundurlah, jaga Komandan, lakukan sesuatu untuk akibat dari perbuatanmu." Ucapnya tegas seraya berbalik dan berlari menyusul prajurit lain.

Aku tak dapat berkata apapun. Aku terdiam dan seluruh dadaku sakit dililit oleh rasa bersalah yang dalam.

*
Seandainya, seandainya, seandainya....

Kata-kata itu mencengkram pikiranku dengan kuat. Aku tertunduk di sudut kamar Komandan, menjaganya selagi yang lain sedang berperang. Merasa bodoh? Ya. Tak berguna? Ya. Merasa gagal? Ya. Aku mengusap wajah dengan frustrasi. Kuangkat kepalaku melihat Komandan sedang tertidur di ujung ruangan yang bersebrangan. Keadaannya stabil, para Healer sudah mendoakan dan menyembuhkan lukanya. Aku bersyukur lukanya tidak fatal tapi tetap saja, dia tidak akan terkapar di sana jika bukan karena ulahku. Ugh...mengingat hal itu lagi membuatku ingin membenturkan kepalaku ke tembok kastil.

Aku baru beberapa bulan tergabung dalam kesatuan ini. Sudah lama sekali aku ingin menjadi prajurit, bertarung di medan perang, membawa kemenangan bagi Sang Raja. Ketika aku tahu aku ditempatkan dibawah pimpinan Ariokh, aku langsung melonjak gembira. Dia adalah salah satu prajurit terhebat yang dimiliki Kerajaan, dia selalu membawa kemenangan bagi kami. Saat itu aku merasa aku sanggup mengangkat pedangku tinggi-tinggi dan membawa kemenangan gemilang bagi Kerajaan tapi sekarang aku merasa aku berada di jurang terdalam....

Aku kembali mengusap wajahku. Aku mengacaukan semuanya.

Terdengar suara tertahan, aku segera mengangkat wajah, Sang Komandan telah bangun. Aku menghampirinya dengan enggan, aku takut, kata pertama yang diucapkannya adalah memecatku. Aku melihat ia membuka matanya dengan pelan lalu menggerakkan kepalanya ke samping dan melihatku.

"Fahren?" Tanyanya pelan, berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Aku mengangguk pelan.

Dia menggeram pelan, menahan sakit. "Ugh...untunglah kamu baik-baik saja." Ucapnya sambil tersenyum lemah membuatku terkejut.

Dia....tidak marah?

"Bagaimana dengan pertempurannya? Apakah kita menang?"

Aku tak sempat menjawab, terdengar ketukan pintu. Sang Komandan memberiku tanda untuk membukanya, dan Wakil Komandan Ian muncul di balik pintu. Wajahnya kaku, membuatku mundur selangkah, entah mengapa aku selalu takut dengan dia.

"Lapor, Komandan." Ucap Ian sambil memberi hormat. "Kita menang. Benteng musuh sudah jatuh dan kita mendapat banyak jarahan. Seluruh tawanan telah berhasil diselamatkan."

Sang Komandan bernapas lega, "Terpujilah nama Raja. Ian, tolong antar Fahren untuk beristirahat."

"Tapi Komandan...." Aku berusaha membantah.

Komandan menggeleng pelan. "Kamu pasti belum sempat beristirahat sejak kamu datang kemari 'kan? Aku sudah tidak apa-apa."

Aku masih keberatan tapi Ian sudah menggiringku keluar kamar. Begitu pintu kamar tertutup, dia berjalan di depan, memimpin.

Kami melewati lorong-lorong kastil dalam diam. Sinar lemah matahari menyirami jendela-jendela memberikan sebercak warna keemasan pada batu hitam. Beberapa kali aku memandang Ian dengan sudut mataku. Berbeda dengan Komandan, Wakil Komandan yang satu ini tegas dan sangat menakutkan. Aku bertanya-tanya, apakah dia marah dengan tindakan sembronoku tadi....

"Fahren." Ucap Ian membuatku nyaris terlonjak. Dia berhenti, berbalik memandangku. Aku menciut. Rasanya ingin lari sejauh mungkin.

"A-pa?" Balasku berusaha untuk tidak terlihat menantang, gugup, aku tidak ingin membuatnya lebih marah.

"Kamu lihat bekas luka di badan Komandan?" Tanyanya.

Aku memandangnya heran, tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba bertanya hal tersebut. Aku terdiam, namun Ian terus memandangku meminta jawaban membuatku memaksa otakku untuk mengingat. Ya...aku ingat, aku dapat melihat bekas luka memanjang dari lengan ke telapak tangan tersembunyi di balik kain bajunya tapi aku tetap tidak yakin, apa itu memang benar atau hanya imajinasiku.

Dengan ragu aku mengangguk pelan. Tegang, bagaimana kalau jawabanku salah. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaanku, pekerjaan yang sudah aku inginkan sejak pertama kali aku melihat pawai kemenangan lima belas tahun lalu.

"Luka ditangannya, itu ulahku." Ucap Ian, mengalihkan pandangnya ke arah matahari.

Aku terbelalak, tidak menyangka mendengar Ian bercerita dan lebih tidak menyangka lagi Ian pernah melakukan kesalahan yang sama.

"Lima tahun lalu, aku tidak mendengarkan perintah dan menyerang sendirian," lanjutnya, pandangannya menerawang, "perhitunganku salah, monster yang kuhadapi jauh lebih kuat dari aku. Di saat aku sudah pasrah dan siap dihabisi, Komandan datang. Dia mengalahkan monster itu walau harus kehilangan banyak darah dan nyaris meninggal...."

Aku terpana. Ian tersenyum.

"Aku tahu kesalahanmu fatal hari ini dan apapun yang terjadi jangan ulangi, tapi jangan merasa gagal. Tidak ada orang yang menyalahkanmu." Lanjut Ian seraya kembali berjalan, aku mengikutinya di belakang. Diam, tidak menyangka keadaannya akan menjadi seperti ini.

Aku dapat melihat pintu kamarku beberapa meter di depan.

"Adalah tugas seorang pemimpin untuk menahan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh prajurit-prajuritnya." Ian berbicara sambil membuka pintu kamarku, mempersilakan aku masuk.

"Suatu ketika, baik aku maupun kamu, akan melakukan hal yang sama untuk setiap orang yang kita pimpin. Menanggung kesalahan dan kelemahan mereka." Lanjutnya, tersenyum, lalu menutup pintu kamar.

Aku terdiam, memandangi pintu kayu yang tertutup di depanku. Kata-kata terakhir Ian menggema dalam kepalaku.


End
_____________________________________________
Ibrani 13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu,  sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.

Jadi teringat ayat itu. Ada sebuah perkataan yang membuatku menahan diri jika aku sudah mulai tidak puas dengan pemimpinku.

"Jika musuh memanahkan sepuluh panah api, delapan di antaranya sudah mengenai pemimpinmu terlebih dahulu."

Pemimpin adalah orang yang menanggung kelemahan kita dengan sukarela, mendoakan kita dan terus menabur bafi hidup kita. Jika kita merasa mereka tidak mengerti kita, ingat bahwa mereka sudah mengalami hal-hal yang lebih berat daripada kita. Let's take time to give thanks, pray, and support them. I'm so proud to have so many mighty Warrior who fight gallantly beside me. Thank you for your sacrifice for us.

_____________________________________________

PS: Mencoba layout baru untuk blogku, masih agak kacau karena aku ga seberapa ngerti CSS, kalau ada yang bisa bantu bisa drop komen di sini heheheh~ aku  pribadi lebih suka yang ini, karena lebih clean and a bit girly (udah tobat LOL) Gimana menurut kalian??? :D
Read More

Sabtu, 01 September 2012

[Traveling] House of Sampoerna

Welcome hooomeee~ Akhirnya bisa nulis lagi deh! Yay! Setelah sebulan penuh berkutat dengan banyak hal, akhirnya bisa mendapat kesempatan untuk posting something heheheh~ Membalas kekurangan postingan bulan lalu yang cuma tiga, *semoga* bulan ini bisa menulis lebih banyak hehehehe~

Beberapa bulan lalu, aku berkesempatan untuk bertemu dengan salah satu blogger yang luar biasa, Queen Sophie!!! Yay! Kalau pingin tau tulisannya bisa di baca di Queen Sophia Blog Ternyata hometownnya tak jauh-jauh dari Surabaya, jadi mampirlah dia ke kota pahlawan ini dan aku didaulat menjadi pemandu wisatanya :D

Tujuan pertama kami adalah House of Sampoerna, sebuah museum yang didirikan oleh keluarga pengusaha rokok Sampoerna untuk mengenang sejarah keluarga sekaligus menyimpan memori tentang Surabaya masa lalu. Museum yang terletak di kawasan utara Surabaya ini benar-benar sasaran wisata kondang di Surabaya dan sering dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dalam maupun luar kota bahkan luar negeri! Museum ini terletak di Jl. Taman Sampoerna 6 Krembangan Pabean Cantikan Surabaya. Dekat dengan kawasan Kembang Jepun dan Jembatan Merah :) cukup mengikuti papan penunjuk jalan atau bertanya pada penduduk sekitar, kalian pasti tidak tersesat :D

Tiba di kompleks museum, kita disuguhi dengan Bus Surabaya Heritage yang jadwal turnya bisa dilihat di sini cuman sebagai peringatan, harap memesan tiket setengah jam sebelumnya, karena pasti full :( aku dan QS tidak mendapatkan jatah karena datang terlambat D: dan jangan khawatir tentang biaya karena fasilitas ini FREE, Gratis! Hahaha~ lumayan bisa mengunjungi tempat-tempat penting di Surabaya plus disediakan pemandu :) what an opportunity!

Salah satu sudut House of Sampoerna
Next, ke bagian dalam museum. Museum yang baru buka jam 9 pagi ini dipenuhi dengan hal-hal yang berkaitan tentang pendiri Sampoerna Liem Seeng Tee mulai dari biografi, sepeda pertama sampai perabotan rumahnya ada disini disertai dengan keterangan dan sejarah singkat. Bukan hanya itu saja, di sini dipajang juga tentang tembakau dan peralatan membuat rokok. Semuanya so traditional! Lumayan untuk menambah pengetahuan :D Lanjut ke bagian berikutnya, berisi dengan rak-rak kaca yang berisi bungkus dari rokok Samporna dari masa ke masa juga iklannya :) heheheh~ Bagi yang menyukai desain grafis pasti menikmati bagian ini :D lumayan buat referensi :3  

Kostum Drum Band Sampoerna
Bagian yang lebih dalam lagi dari House of Sampoerna berisi mesin-mesin cetak besar dan perlengkapan Drum Band Sampoerna yang pernah melenggang ke Pasadena, Amerika Serikat :) di sini diceritakan secara singkat tentang sejarah mereka dan aktifitas grup yang sepenuhnya diisi oleh pengerja di Pabrik :) diputar juga musik-musik mereka.

Next, kita ke lantai dua yang menjual berbagai macam merchandise HoS mulai dari kartu pos sampai tas. Dijual juga aneka batik nusantara, baju dan asesoris lainnya :) Ethnic! Sayang disini dilarang mengambil gambar :( Di lantai dua ini juga disediakan kaca besar untuk melihat para pengerja melinting rokok dengan kecepatan dewa hahahah~ Sayang karena kami pergi pada hari libur, kami tak bisa melihat kegiatan istimewa itu :( next time deh!

Setelah puas dengan museum, kita bisa menjelajah ke area lain dari kompleks besar ini :) disini juga terdapat Gallery yang bisa disewa untuk memamerkan karya kalian. Waktu aku kesini, ada pameran fotografi tentang candi-candi di Indonesia :) love it! Selain galeri, ada juga kafe sebagai tempat untuk memuaskan perut keroncongan. Cafe Sampoerna terletak di sebelah kanan museum dan buka mengikuti jam buka museum.

Interior Cafe
Cafe yang cozy abis! Dalemnya dibuat vintage dengan poster-poster zaman dulu terpajang di dinding ruangan juga beberapa iklan rokok Sampoerna masa silam yang memorable. Penataan lampu dan kursinya benar-benar mengingatkan aku pada suasana cafe di film-film :) heheheh~ Aku dan QS memutuskan untuk memesan makanan pembuka karena kami berencana makan siang di tempat lain. Aku memesan Cream Soup sedangkan QS memesan Calamary :) Tak butuh lama sampai makanan kami muncul.

My Favorite goes to Cream Soup! Cream soup terenak yang pernah kumakan hahahah~ Agak lebay dikit tapi emang enak deh :9 aku ga keberatan untuk makan itu lagi heheh~ asinnya pas, potongan jamur kecil-kecil tapi tetap masih bisa dirasakan huum~ nyum-nyum! Recommended deh! Untuk Calamarynya nothing special, tapi tepung krispinya benar-benar renyah, lebih renyah dari tepung-tepung lain yang pernah kumakan heheheh~ Untuk Harga...well...masing-masing benda di atas di patok 25k per porsi which is a bit pricey belum lagi double tax yang dikenakan membuat harga makanan menjadi melambung. saranku makanlah kalau kalian memang mengejar kualitas dan service yang memuaskan :)

 
Mushroom Cream Soup
Calamary
Well, sekian review tentang traveling kali ini heheheh~ HoS memang layak mendapatkan banyak penghargaan karena tempat ini sangat bersih! Lantainya sampai berkilau *alay* dan full ac! plus kita sama sekali tidak dipungut biaya! Free! Sampai uang parkir pun tak perlu keluar! hahahah~ Tempat yang bagus untuk mencari suasana baru diantara gedung-gedung pencakar langit di Surabaya ;) Recommended buat siapapun yang berkunjung di Surabaya dan menikmati hal-hal berbau masa lalu entah untuk bernostalgia ataupun belajar heheheh~



Keterangan lebih lanjut bisa ke Website resminya

Setelah dari HoS, kami makan di Ayam Malioboro, ke gereja Mawar Sharon lalu dilanjutkan ke Gramedia (Hah! Dasar para pelahap buku :p) dan malamnya kita ke food fest ;) I will write about food fest next time :D

Sedikit share tentang pertemuan kami, awalnya aku shock ketika Mbak Sophie kontak aku kalo dia mau ke Surabaya :D ga nyangka aja bisa kopdar gitu hahaha~ tukar menukar no Hp sampai akhirnya janjian ketemu. Nah, malem sebelum ketemuan, sempat kepikiran hal-hal aneh, gimana kalo salah orang, kalo ga ketemu sampai pikiran absurd, gimana kalo diculik LOL *maap ya mbaaak~* tapi toh besoknya tidak terjadi hal-hal yang kupikirkan hahahah~ Sebaliknya, aku justru merasa sangat terberkati dengan sharing-sharing dari QS :D amazing how God planned us to meet each other. Bayangkan, dua orang, hanya kenalan sebentar di dunia maya, belum pernah melihat foto masing-masing, janjian ketemu. Kalau melihat kondisi sekarang, biasanya hal tersebut berakhir dengan hal-hal yang tidak enak, seperti penipuan atau hal-hal lainnya tapi rancangan Tuhan memang membawa damai sejahtera :D heheheh~ Can't wait to meet her again soon!  

Say CHEESE!!!
See you on the next post! Gbu!

Disclaimer: All Photo are taken by Pentax Pocket Camera and edited with PIXLR via Photobucket.com

Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena